Selasa, 29 Mei 2012

Review : Hex Hall

Jadi, beberapa hari yang lalu aku pergi ke toko buku bareng ayahku. Tadinya mau beli buku matematika, tapi dicari-cari gak ketemu-ketemu juga =w=;a Akhirnya aku minta beliin novelnya Rachel Hawkins : Hex Hall.
Novel itu bersekuel. Sekuel pertamanya Hex Hall, yang kedua baru terbit di Indonesia beberapa waktu lalu dengan judul Glass Demon. Dan yang ketiga (tapi di Indo belum ada) judulnya Spell Bound. Penerbitnya Ufuk Fiction.
Ceritanya tentag seorang penyihir hitam bernama Sophie Mercer, yang baru sadar ia penyihir di ulang tahunnya yang kedua belas. Saat itu dia mengubah warna rambutnya menjadi ungu. Kalau di sini nggak semua penyihir bersekolah di sekolah sihir kayak Hogwarts-nya Harry Potter. Mereka bisa sekolah di sekolah umum asal identitasnya gak ketahuan. Sophie pun begitu. Tapi selama 16 tahun ia hidup, ia sudah 19 (kalau gak salah) kali pindah-pindah sekolah karena ulahnya yang hampir membuat identitas penyihirnya ketahuan.
Di usianya yang ke-16, sekolahnya mengadakan pesta dansa. Saat itu ada teman, mungkin lebih tepatnya kakak kelasnya, yang menangis di toilet karena tidak dapat pasangan dansa. Sophie akhirnya membantunya (dengan menggunakan sihir tentunya) agar cowok yang kakak kelasnya suka jatuh cinta padanya. Sihirnya memang berhasil, tapi berakhir dengan kekacauan (sengaja gak kuceritakan dengan detail XD).
Dari kekacauan itulah, Sophie dikirim oleh dewan penyihir ke Hecate Hall (yang disingkat menjadi Hex Hall), sebuah sekolah bagi anak-anak bandel Prodigium. Prodigium sendiri terdiri dari penyihir, warlock (penyihir laki-laki), peri, vampir, dan shapefister.

Di sana ia bertemu dengan warlock bernama Archer Cross yang kesan awalnya menyebalkan, namun Sophie akhirnya malah jatuh cinta padanya. Lalu ada Janne, satu-satunya vampir di sekolah itu (yang lucunya suka baca manga XDb) yang sekamar dengannya. Tiga cewek cantik yang selalu mengusiknya karena tidak suka : Elodie, Anna, dan Chaston. Kemudian ada hantu misterius yang sering muncul di hadapannya, shapefister bernama Beth dan Taylor, serta peri menyebalkan bernama Nausicaa.
Di sekolah itu, rahasia demi rahasia tentang diri Sophie mulai terkuak. Mulai dari pekerjaan asli ayahnya, asal-usul nenek moyangnya, dan jati diri sebenarnya.
Kesanku selama membaca buku ini : ringan, membuatmu tidak sabar untuk membaca halaman selanjutnya. Well, mungkin gak sebagus novel-novel selegendaris Harry Potter, LOTR, dll. Tapi aku menikmati saat-saat membacanya XDb Aku tertarik pada karakter Archer dan Cal. Soalnya mereka sama-sama ganteng. Di bayanganku, Archer itu mirip Liam Aiken (pemeran Klaus Baudelaire dari Lemony Snicket's A series of Unfortunate Events). Adalagi yang namanya Kevin Brigdes, dan aku membayangkan dia mirip Robert Pattinson. Soalnya katanya dia cowok terkenal yang banyak digandrungi cewek, kapten klub sepak bola, dan serentetan titel lainnya. Tapi Kevin cuma muncul di bagian prolog sihh XDa
Salah satu quote yang kusuka dari buku ini : "Bahkan cowok-cowok pintar pun jadi bodoh kalau melihat cewek cantik".
Dan salah satu bagian yang paling kusuka adalah saat Sophie dan Archer berdansa di prom (pesta dansa). Saat itu Archer bilang "Ternyata aku memag ingin melewati pesta ini bersamamu". Dan saat Sophie bilang "Aku suka tatomu" pada si Vandy (salah satu gurunya di Hex Hall). Pokoknya rekomendasi dariku!
Sebenarnya aku mau beli sekuel keduanya, tapi kantong lagi kering banget -_-" Makanya lagi nabung XDa Supaya bisa berfantasi lagi bersama Sophie Mercher dan kawan-kawan.
Ah ya, satu hal yang mau kuminta ke Sophie Marcher kalau dia benar-benar ada : Sophie Marcer, sihir agar a-kun menyukaiku! /plak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar